Selasa, 30 November 2010

SEKILAS SELIMBAU

CERITA tentang Kerajaan Selimbau mengalir dari mulut Abang Walidad, pengujung Mei 2010.
Sosoknya didaulat menghidupkan kembali denyut kerajaan tertua di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sebuah kerajaan yang mati gulung takhta pada 1942 lantaran penerus terakhir menolak jadi raja.
Saat ditemui di tengah ba-hang matahari kota sungai Selimbau, bangsawan nyentrik dengan rambut dicat keemasan tersebut mengurai trauma rajanya yang ke-26, Raden Adipati Putra.
Raja itu merupakan satu dari segelintir bangsawan dan raja kecil yang selamat dari ladang pembantaian Jepang di Pontianak, setelah itu ia putuskan tidak usah dinobatkan lagi. Sebab khawatir bakal diburu.
"Raja masih ingat bagaimana samurai memenggal kepala Sultan Pontianak dan Sultan Sintang yang berdiri di sebelahnya. Ia trauma betul," kata Walidad, yang menjabat Sekretaris Majelis Pemangku Istiadat Keraton.
Di kalangan rakyatnya. Raden Adipati Putra dianggap terlalu sakti hingga tak mempan samurai. "Menurut mitos, dia juga ditolong saudara kembarnya, seekor naga."
Masuk Islam
Tidak ada data pasti menge-. nai tahun berdiri kerajaan ini. Hanya Walidad yakin betulbahwa Kerajaan Selimbau berdiri sejak zaman Hindu sekitar abad ke-8. "Dibawa bangsawan Kutai yang mengembara ke arah hulu Sungai Kapuas," ujarnya.
Ketika itu, kerajaan masih menyandang nama Pelembang, dengan raja pertama Sri Paduka Abang Bindu Mahkota. Istilah Selimbau baru melekat pada raja ke-20. Pangeran Suta Ke-suma Muhammad Jalaludin. Sekitar abad ke-15, ia masuk Islam.
Selimbau sendiri berasal dari bahasa Arab. Salim berarti selamat dan na bau berarti ular naga besar. Lagi-lagi naga. Ada apa dengan hewan mitos satu ini?
Walidad menoleh ke jurusan tiang kuning di seberang lanting tempat kami duduk. Di antara hiruk-pikuk perahumotor yang melintasi sungai, telunjuk ia arahkan pada bangunan bertopangan tiang ulin tua atau disebut Istana Noor Mahkota.
Katanya, di belakang istana ketika masih di masa Hindu, ada kejadian dua naga bertarung. Salah satunya kemudian diselamatkan putri istana, yakni Putri Dayang Lundi. Untuk membalas jasa, naga pun meng-abdi pada kerajaan dan menjadi pengawal negeri.
"Yang kemudian disebut imbau adalah naga berkepala kobra dengan sisik segitiga," kata Walidad, menerangkan isi mitos.
Kontrak batu bara
Selimbau hanya merupakan satu dari ribuan kerajaan kecil yang bersarang di Nusantara. Ia tidak seheboh Kesultanan Pontianak, meski berkuasa atas aliran sungai yang sama. Yang satu di hilir, yang lain di hulu.
"Namun, pada raja ke-22- sekitar 1886-wilayah taklukan Kerajaan Selimbau mencapai 20,33"; luas Kalimantan Barat," kata Walidad.
Dalam suatu masa, raja-raja Selimbau menjalin kontrak batu bara di Bukit Mungguk Batu selama 30 tahun dengan Belanda. Berbekal kemakmuran itulah, di puncak masa jayanya, raja ke- i 22 Haji Gusti Muhammad Abbas Suryane-gara membangun sebuah Islamic center di daerah Jabal Kubis, Mekkah. Tidak jauh dari Masjidilharam.
Dalam map-map yang tersimpan di rumahnya, tak jauh dari Istana Noor Mahkota, Walidad menyusun rapi semua berkas dan foto kejayaan Selimbau dari masa tersebut. Beberapa dokumen berbahasa Melayu tertulis dalam aksara Arab.
Walidad juga mengantar saya berperahu ke Makam Gub-bah Kerajaan Selimbau. Dalam kompleks makam bangsawan tersebut tampak menonjol dua makam yang dica t kuning menyala, dengan nisan berupa tonggak kayu, tertulis sebagai kepunyaan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara dan istrinya yangbergelar Ratu Lumut.
"Di sini juga dimakamkan seorang juru kunci Kakbah, Syekh Habib Hamzah Madali. Seorang wali juga," ujarnya.
Dihidupkan lagi Kota sungai Selimbau yanghanya 2 jam dari Malaysia Timur dan 3 jam dari Brunei Darussalam punya daya tarik tersendiri.
Persis di balik Makam Gub-bah Kerajaan Selimbau meng-hampar anggrek alam. Niatnya, seabrek potensi tadi akan dikawinkan dengan wisata sejarah Kerajaan Selimbau. Jadi sejumlah kalangan sudah meminta Walidad bersiap-siap membangunkan kembali Selimbau dari tidurnya.
Menurut Walidad, Selimbau yang kini dihuni 12.000 penduduk masih memiliki modal menata ulang sejarahnya. Rajanya pun masih hidup. "Yang masih memakai gelar raden (menteri) pun ada sekitar 20 orang," katanya.